Selasa, 28 Agustus 2012 - 0 komentar

My Family

Tanpa terasa sudah lama ada dirumah. Hampir dua bulan saya menghabiskan waktu dengan keluarga dan kerabat di sekitar rumah. Rasa senang, gembira dan penuh khidmad begitu terasa jika sudah makan bareng ma adik-adik juga Bapak Ibu. Terkadang ada rasa marah di hati ini, tapi terus saya usahakan untuk memendamnya. Terkadang ada rasa tidak senang dengan mereka, tapi terus saya belajar untuk menahan amarah tersebut. Bapak, Ibu saya pribadi atas nama anakmu Memohon maaf Lahir san Bathib dari segala kesalahan yang pernah saya perbuat disengaja atau tidak, disadari atau tidak disadari. Karena walau bagaimanapun, saya selalu mengedepankan Ego, terkadang tanpa disadari dan tanpa kontrol, saya langsung ada saja "SESUATU". Sekali lagi saya ucapkan Mohon Maaf . . . (he he . .  yang lebarang tahun ini sudah sie . .  tapi saya tuangkan lagi dalam Catatan Diary ku di Blog ini . . ).
Adikku ada dua kawan, yang satu masih kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang, udah semester 7 sekarang, mudah2an tahun ini bisa rampung semuanya. Dianya sih sekarang ngejabat sebagai ketua umum di HMI Komisariat MIPA UB. Mantab kawan, keren, jadi ketua . . . .  he he . . .!!! Kata mahasiswa lain biasanya sih ,,, Aktifissss . . . 

Yang satunya, adik saya masih kelas VIII SMP 1 Pamekasan, yang katanya si RSBI. Masalah kwalitas, ya, liat aja langsung ke TKP. Kalau dibilang paling keren, paling gaul dan paling multitalent . . .adik saya yang satu ini yang punya. Abdurrahman Aziz Namanya . . . di panggil Ayek.

 Yang gaul juga ada fotonya . . . . 

Alhamduilillah . . . Semoga tahon depan ataupun dalam waktu dekat, bisa terus bersama dalam lindungan Allah SWT. Amine. Semoga kehidupan keluarga semua Mendapat Keberkahan dan Ridho dari Allah SWT.

Sabtu, 18 Agustus 2012 - 0 komentar

Lebaran Bersama Keluarga Kecil

Seperti biasa, pas Lebaran tiap tahun, saya ma keluarga 'Saporaan' ke kerabat dan tetangga-tetangga sekitar. Saya ma dua saudara beserta Bapak Ibu salam-salaman dach, , , , ,  Pertama, pastinya saya nyungkem (he he, jangan terlalu nyungkem bro, ntar sakit kepalane,) ke Ibu serta Bapak.  Mudah-mudahan selalu dalam Lindungan Allah dan Selalu dalam Ridho Allah dan Bapak Ibu. Trusss . .  ma sodara-sodara, next pa bok wewek, mbak hendri, mbak din (sepupu akau itu gan . . ) trus, ke timur, ke Rumah Pak Djufri dan Keluarga yang laen, semua dach . . (terlalu banyak gan yang mau nyebut satu-satu. . .  ).
Singkat Cerita, Langsung dah kita menuju ke Timur, ke Om ma Bibi (majedhik, madura.red). Disana ada Bok Werah, Bok Narti, Mah kandar, Mah Taufiq en Sepupu Aku, Mbak Ulfa, Mas Iik dan yang laennya.

Alhamdulillah ngumpul lagi, . . . . . Biasanya nih kawan, kita yang ngumul ini cuman setahun, jadi pas bareng, cerita-cerita dech . . . . . ada yang cerita gawe nya, kuliahnya, nyampek cewek ma tunangannya. Wah . .  Kalau udah bicara tunangan, saya ni yang kalah. . . . .  he he. GAK PUNYA gan Cewek, apalagi tunangan. Duh--------- Malangnya cowok ni, , , , , JomlooooOOooooo . . .
anyone of you that . . . . . . mau ma aye . . .?E!#!?@#?!$?@#$!@?%?$#%$?#^$%?^$?^%$^ (limited edition . . . .   hoho oh oh oh oh ho  . . .. ).
Udahan dulu gan sis . . .  Capek yang mau ngetik. Intinya, kebersamaan dan silah Ukhuwah inilah yang terus dijaga dan di lanjutkan. Jangan sampai ada SESUATU yang membuat ikatan persaudaraan dan kekerabatan bermasalah oleh hal-hal yang tidak prinsip. Semoga masih terus bisa ngumpul taoh depan. Amine . . . !!!
- 0 komentar

Pantura, Mudik pra Lebaran

Pantai Utara yang sering dikenal dengan Pantura menjadi Mudik Keluarga Saya. Mudik. . . . !?!?!? He he . . Istilahnya bukan mudik sih kawan, mengingat kita kesana hanya 4 hari pas Puasa. Kita hanya maen-maen untuk buka bersama nenek dan keluarga dari Bokap yang dari Pantura. Pantura mana tuh . . . ?!?@?$@#. Ada yang tahu sis . . . ?!!?!? pantura, tepatnya di Pasean, Kecamatan paling Utara Pamekasan, juga Madura.
Rumah nenek saya di Pasean tuh kawan, deket banget ma Pantai Lepas. Kira-kira 200 Meter dari Laut. Katanya sih Laut disana bisa nyampek kemana-mana, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga ke Malaysia dan Singapura. Keren kan . . . ?!?!?!
Disana suasananya nyaman, tentram, tenang dan aman (kecuali jika ada banyak kapal, wihhhh . . . bunyinya itu, bikin puyeng . . . . . . ). Yang ada hanya nemenin Emba yang udah renta. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan bersama-sama di tahun 2012/ 1433 ini dalam keadaan sehat semua. walaupun nenek sudah sakit-sakitan. 
Kalau dulu-dulu saya dapet tuh uang lebaran atau yang lebih dikenal dengan angpao. Ya, dapet dari mereka-mereka yang kaya-kaya. Inginnya sih, saya yang mau ngasih, mau sedekah ke yang laen. Tapi, ya Mereka ngasih dulu sieh . . . . . .mau gan mau, harus mau, walaupun uangnya BANYAK. . . . . .he h eh e. Tapi mudah-mudahan taon depan udah bisa ngasih ke adik-adik yang laen. Amin.......!!!!! oya, lupa, mudah-mudahan juga dapet calon Istri . . . . , he he, yang ntar bisa di bawa-bawa pas tellasen, hari Raya Idul Fitri 1434 nanti. . . . yang CANTIK . . .  Amine . . . .
Selasa, 14 Agustus 2012 - 0 komentar

H-5 Lebaran, masih cari-cari uang Lebaran

Lebaran sudah dekat ni bung. Baju baru Alhamdulillah, untuk dipakai dihari Raya. Pasti sama ni maunya agan-agan semua, punya dan pakai baju baru ntar pas Lebaran. Iya sih, tapi duitnya itu yang sulit gan. Nunggu Pay Out dari Internet gak dapat-dapat, nunggu Lebaran dari kawan-kawan, masih pending. Tapi, Alhamdulillah, sedikit kemarin dapat THR dari Sekolah ane. Terima Kasih tad Yakin, tad Halili, tad Za'i, dan palagi Pak Mufiq.
Yup, sebetulnya cuma iseng postingnya, siapa tahu di H-5 ini ada orang yang ingin menambah Pahala, ingin bersadaqah, ingin berzakat. He he he he . . . .  gak minta sieh, cuman ngareb. Jika ada yang berminat silahkan hubungi Blog ini.
Udah malam gan, postingannya udahan dulu, don't forget, jika ada THR lebaran berupa sarung, baju apalagi uang (he he, matere' lo . . ) segera hubungi saya (bukan ngemis gan . .  .). Mudah-mudahan bermanfaat . . .
Sabtu, 11 Agustus 2012 - 0 komentar

Kisah Bapak Tua si Penjual Amplop


Ada sebuah cerita gan. Saya idzin Copy Paste ma yang punya. Menyentuh dan Inspiratif gan. Mudah-mudahan juga menginspirasi Kawan-kawan semua.

Kisah nyata ini ditulis oleh seorang dosen ITB bernama Rinaldi Munir mengenai seorang kakek yang tidak gentar berjuang untuk hidup dengan mencari nafkah dari hasil berjualan amplop di Masjid Salman ITB. Jaman sekarang amplop bukanlah sesuatu yang sangat dibutuhkan, tidak jarang kakek ini tidak laku jualannya dan pulang dengan tangan hampa. Mari kita simak kisah Kakek Penjual Amplop di ITB.

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.
Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.
Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.
Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.
Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.
Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Mari kita bersyukur telah diberikan kemampuan dan nikmat yang lebih daripada kakek ini. Tentu saja syukur ini akan jadi sekedar basa-basi bila tanpa tindakan nyata. Mari kita bersedekah lebih banyak kepada orang-orang yang diberikan kemampuan ekonomi lemah. Allah akan membalas setiap sedekah kita, amiin

- 0 komentar

Bersama Kawan GMNI jerkalenjer ka Lombang



Merajut persatuan dan kebersamaan menjadi hal yang melatarbelakangi kawan dan sarinah GMNI Pamekasan mengadakan tour ke Sumemep. Agenda yang sudah menjadi Rutinitas GMNI Kom UIM ini memang sengaja di rancang beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika, pada periode sebelumnya, rute tour Kawan-kawan munuju ke Blitar Makan Sang Revolusioner Bung Karno. Untuk tahun ini sengaja di format beda katanya (format . . . . ??@#!#@#@# jadi ingat pas komputer rusak, kena virus . . . . kan harus di format tuh . . . . ). Dua tempat Priority yang tuju, yakni Wisata Pantai Lombang dan Museum Para Pejuang di Kota Sumenep. Ya, yang ikut sedikit, jadi kita ke Sumenep saja, tanpa mengurangi esensi dari tour tersebut, yaitu menjalin persatuan dan kebersamaan antar Kader.


Ada sarinah Hoi' tu ma Mami' . . . . . .di Gandeng tuh ma pak Sekjendnya . . . .  He he . . .  Mau gak ya mereka berdua . . . . ??#$!@$#!@$#@$@!$@#$. Yang pakek jaket (Mantan Kabid Politik) itu ada Bung baisuni si Jago dan tad Mursyid Halim Se Gentheng . . . .  (Konseptor can . . . . .). Udah dulu Postnya, jangan lupa kekompakan dan kebersamaan kawan harus dijaga . . . 
Merdeka . . . . .!!!!!
Senin, 06 Agustus 2012 - 0 komentar

Ragam Kegiatan di OSIS

Dalam struktural saya bukan apa-apa. Bukan pembina OSIS, bukan Kepala TU, bukan Waka Kurikulum. Apalagi kepala sekolah . . . .  He h e he he he . . . . !!!! Aku hanyalah, manusia biasa, yang tak lepas  . . . . . . etc. Jadi ingat lagunya RADJA tempo dulu, waktu ngetrend2nya.
Katanya sieh, saya Kepala laboratoriaum (tapi saya-nya santai2 saja, kayak gak jadi apa2 sieh . . . . .(yang semangat dong) gimana kamu . . . !!!). Akan tetapi, sama seperti iklan di tipi itu, ada istilah 3 in 1. Begitulah di sekolah tercinta ini. Yang bagian ini, dibantu ma yang satunya. Yang disana juga dibantu dengan yang disini. Yang itu dibantu dengan yang ini, begitu semuanya. Sehingga semangat Gotong Royong (eith ,,,, jadi ingat semboyannya GMNI, bhinneka tunggal ika ato tri tunggal . . . . . GOTONG ROYONG...... he he PDI dong,,,,,!!! Gak, beda bossss). Di OSIS kadang Pak Taufiq selaku pembina, sama2 saya ngejalaninya. Pas ada praktek Komputer di Lab. ketika saya tertidur, ada pak taufiq si pahlawan yang ngejaga anak2 waktu jam 11 malem. Banyak kegiatan di OSIS semisal Peringatan Hardiknas Kemarin yang dimeriahkan dengan Berbagai Perlombaan, Kajian, Talkshow, Dialog. Peringatan Hari Besar Islam serta kegiatas OSIS yang lainnya mengisi Ragam Kegiatan selama setahun ini. Meriah mengigat anak2nya Kompak serta mengesankan karena acara yang dilaksanakan tidak mengecewakan , , , , , , ,
Ini dia suasana Praktikum di Lab. Komputer MTs . . . . . . . .


Yang ini ni, Mas Qari' Ayatullah lagi ngasih materi . . . . . . . . .(Materi apa mas bro . . .)


Wessss . . . . .. Sambil Berdiri end Pakai sarung, He he h e . . .  Katrok gak yach . . . 

eittt . . . Ada adik-adik pengurus OSIS Juga ni , , , , , Cantik2 ya , ,  , , , 
Ya, begitulah kawan. Bukan hanya 3 in 1, tapi 5 ato 6 in 1. Dan Alhamdulillah, selama ini berjalan terus. Karena menurut saya pimpinannya dalam hal ini Bapak Kepala Sekolah dan Waka Kurukulumnya Bagus, Baik, Keren dan Mantab dah Pokoknya. Cakep Lagi . . . . .
Udahan dulu kawan, ni mau sahur dulu. Yang belum sahur, ayo sahuir-sahur-sahur . . . . . . . .Wektoh Imsak Korang 30 Menit . . . . . . .Sahur . . .